Antropologi lahir dari
keingintahuan manusia terhadap manusia lain. Bangsa Eropa memelopori pengiriman
ekspedisi ke berbagai negara. Perjalanan jauh tersebut didorong oleh tujuan
yang beragam, yakni murni didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah sekitarnya,
mencari daerah jajahan, mencari bahan mentah dan pasaran hasil industri, dan
menyebarkan agama.
Asal Usul dan Perkembangan Antropologi |
Dari perjalanan tersebut, wawasan
masyarakat (Eropa) mengenai kehidupan di luar dirinya semakin luas. Hal
tersebut menumbuhkan kesadaran akan adanya perbedaan bentuk fisik manusia,
seperti ada yang berkulit hitam, kuning, rambut keriting, lurus, dan
sebagainya. Selain itu, terdapat pula perbedaan bahasa, tingkat teknologi, cara
hidup, dan adat istiadat.
Mengapa manusia beragam fisik dan
budaya, padahal terdiri atas satu spesies? Hal-hal apa yang menjadi
penyebabnya? Sejak kapan manusia ada di permukaan bumi? Mengapa terjadi
perubahan fisik manusia dan perubahan kebudayaan?
Pertanyaan-pertanyaan itu telah
mendorong berbagai bangsa untuk mempelajari manusia secara lebih khusus melalui
penelitian secara ilmiah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal ilmu Antropologi.
Secara sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan
kebudayaan. Secara lebih sistematis, Koentjaraningrat menyusun perkembang an
ilmu antropologi menjadi empat fase, sebagai berikut.
1. Fase Pertama: Sebelum 1800-an
Pada 1400-an, orang Eropa Barat
mulai menjelajahi berbagai penjuru dunia seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia,
dan Selandia Baru. Hasil dari perjalanan-perjalanan tersebut, berupa bukubuku yang
menceritakan kehidupan suku bangsa di luar bangsa Eropa. Gambaran tentang
ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata pencaharian, dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya itu disebut etnografi.
Etnografi berasal dari ethnos,
artinya bangsa, dan grafien, artinya gambaran atau uraian (deskripsi). Bahan
etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka terdorong untuk
mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. Secara umum, orang Eropa sendiri
menafsirkan tulisan tersebut bermacam-macam. Ada yang menganggap orang di luar
bangsa Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah bangsa primitif.
Ada pula yang menganggap manusia
di luar dirinya itu adalah orangorang yang masih jujur, belum tahu kejahatan
dan keburukan. Ada pula orang Eropa yang tertarik pada benda-benda hasil suku
bangsa pribumi itu sehingga didirikanlah museum-museum.
2. Fase Kedua: 1800-an
Pada tahap ini, timbul
karangan-karangan yang menyusun bahan Etnografi berdasarkan cara berpikir
evolusi. Mereka menganggap bahwa masyarakat dan kebudayaan berubah secara
lambat dalam waktu yang lama. Mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Mereka
menganggap bangsa yang termasuk tingkat rendah adalah suku-suku pribumi yang
mereka temukan, sedangkan bangsa dengan tingkat tinggi adalah orang Eropa saat
itu.
Tujuan mempelajari antropologi
saat itu adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud
untuk mendapatkan suatu gambaran tentang sejarah evolusi dan penyebaran kebudayaan
manusia.
3. Fase Ketiga: Awal 1900-an
Negara-negara Eropa telah menjadi
bangsa penjajah di berbagai penjuru dunia. Ilmu antropologi mempunyai kedudukan
yang sangat penting, yaitu untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan
kebudayaan penduduk pribumi. Dengan pengetahuan itu dapat disusun strategi
untuk menguasai dan memengaruhi penduduk tersebut.
Antropologi menjadi ilmu yang
praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa di luar
Eropa untuk kepentingan menjajah dan untuk memperoleh suatu pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase Keempat: Setelah 1930-an
Pada fase ini, terjadi perubahan
besar. Bangsa-bangsa pribumi sudah banyak yang mendapat pengaruh kebudayaan
Eropa sehingga kebudayaan aslinya sudah mulai hilang. Selain itu, akibat Perang
Dunia II, timbul kebencian terhadap negara yang menjajah. Perhatian ilmu
antropologi beralih ke suku-suku yang hidup di pedesaan di dalam wilayah negara
Eropa sendiri, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp, dan sebagainya. Demikian
pula di Negara Amerika Serikat.
Tujuan utama antropologi secara
keilmuan adalah memperoleh pengertian tentang manusia dengan mempelajari
keragaman bentuk fisik dan kebudayaannya. Secara praktis, antropologi bertujuan
untuk mempelajari suku bangsa guna meningkatkan kesejahteraan suku bangsa
tersebut. Sejak saat itu, timbullah antropologi yang dikhususkan untuk tujuan
pembangunan, seperti Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan,
Antropologi Pendidikan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, dan
Antropologi Perkotaan.
Penulis : Tedi Sutardi
"Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya"
Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Departemen Pemdidikan Nasional tahun 2009
Penulis : Tedi Sutardi
"Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya"
Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Departemen Pemdidikan Nasional tahun 2009
No comments:
Post a Comment