untuk dapat mengetahui
faktor-faktor apa saja yang sesungguhnya rnempengaruhi atau membentuk nilai kepuasan
kerja, kiranya kita perlu menelaahmengenai masalah “kerja” secara mendasar.
alasanya orang akan merasa puas
atas kerja yang telah atau sedang ia jalankan, apabila apa yang ia kerjakan itu dianggapnya telah mernenuhi
harapannya, sesuai dengan tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan
sesuatu, maka itu berarti bahwa ia memiliki suatu harapan, dan dengan dernikian
ia akan termotivasi untuk melakukan tindakan ke arah pencapaian harapan
tersebut. Danjika harapannya itu terpenuhi, maka ia akan merasa puas.
Telah disebutkan di muka, bahwa
dahulu orang beranggapan bahwa satu-satunya perangsang (incentive) untuk
bekerja hanyalah uang atau perasaan takut untuk menganggur. Tetapi dewasa ini
ternyata, bahwa uang bukanlah merupakan faktor utama yang memotivasi semua
orang untuk bekerja. Dengan perkataan lain, tidak semua orang yang bekerja itu
hanya mau bekerja karena membutuhkan uang.
Brown (1978), memberikan
contoh-contoh yang dilihatnya di beberapa pabrik di London. Pada suatu ketika yang
tidak bersamaan, ada 3 orang pekerja pabrik yang secara kebetulan masing-masing
memenangkan hadiah yang sangat besar dari totalisator sepakbola.
Walaupun uang hadiah yang didapat
mereka itu sangat besarjumlahnya, sehingga kalau diinvestasikan uang itu akan
dapat menjamin biaya hidup mereka bexsama keluarganya secara berkecukupan
selarna sisa hidup mereka, namun akhirnya mereka kembali kepada pekerjaan
mereka di pabrik yang serba rutin itu.
Pada suatu perusahaan lain Guga
di London), para pekexja wanitanya diberi pensiun yang cukup besar apabila mereka
telah mencapai usia 55 tahun. Ternyata banyak pensiunan pekerja perusahaan ini
yang setiap sore hari berdiri di depan gerbang pabrik hanya sekedar menantikan
teman-temannya yang pulang keljja. Para pensiunan inipun rnasih tetap mengikuti
ke giatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh perusahaan tersebut. Bahkan
apabila pabrik perusahaan itu membutuhkan pekerja tambahan sementara
(part-timer) pada waktu-Waktu pabrik sangat sibuk, para wanita pensiunan itu
bersedia bekerjja di pabrik itu dengan upah harian yang jauh lebih rendah dari
uang pensiunnya.
Dan contoh-contoh di atas, Brown
menarik kesimpulan bahwa pabrik-pabrik itu sesungguhnya mempunyai daya tank,
karenajuga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial. Dan orang-orang yang
sebenarnya sudah tidak membutuhkan penghasilan berupa uang itu masih juga mau
mengerjakan pekezjaan-pekerjaan rutin di pabrik itu hanya karena mereka tidak
ingin tersisihkan dari pergaulan sosial masyarakat mereka. Dengan demikian makajelaslah,
bahwa uang bukan saru-satunya motivator atau perangsang untuk melakukan
pekerjaan.
Dua orang guru besar, Prof Miller
dan Prof Form, sehubungangdengan hal ini menyatakan pendapatnya sebagai berikut
: “Motivasi untuk bekerja tidak dapat dikaitkan hanya pada kebutuhan-kebutuhan
ekonomis belaka, sebab orang tetap akan bekerja walaupun mereka sudah tidak
membutuhkan hal-hal yang bersifat materiil. Bahkan walaupun seluruh keluarganya
telah diasuransikan untuk jaminan masa depan anak-anaknya, tetap saja orang itu
bekerja. Hal itu dilakukan mereka karena imbalan yang mereka peroleh dari kerja
itu adalah imbalan sosial, seperti respek dan pengaguman dari rekan-rekan
sekerja mereka.
Bagi sementara orang, kerja
merupakan sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan pribadi denganjalan
mernperoleh kekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu terhadap orang Iain. Pada
pokoknya, kerja itu merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan
sosial dan persahabatan. ”
Menimbulkan motivasi agar dicapai
kepuasan kerja bagi para karyawan adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap
manajer. Pada dasamya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individuil.
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan pada masing-masing individu.
Semakin banyak aspek-aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakannya.
Dari berbagai penyelidikan, ada
beberapa definisi kepuasan kerja yang dapat kita bahas di sini, antara lain :
1 . Kepuasan kerja merupakan
penilaian dari pekerja yaitu seberapajauh pekerjaannyasecara keseluruhan memuaskan
kebutuhanya. (Robert Hopped New Hope Pensyvania).
2. Kepuasan kerja berhubungan
dengan sikap dari karya-wan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja,
kerja sama antara pimpinan dan sesama karyawan. (Tiffin).
3. Kepuasan kerja merupakan sikap
umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor
pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan social individu di luar kerja. (Blum).
4. Jaminan finansial dan jaminan
sosial
5 . Mutu pengawasan.
Sedangkan menurut Anthony, 197Z
ada faktor-faktor internal yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
1 .Kita harus menyukai pekerjaan
kita.
Bagaimana mungkin kita menyukai
pekeijaan kita, jika kita merasa sebel dan kesal menghadapi pekerjaan kita.
Bila kita merasa terus menerus diburu waktu dan target. Agar kita merasa puas
dalam bekerja, pekeijaan apa pun yang kita pegang, kita harus menyukainya.
Katakanlah faktor ini suatu “condition sine qua non” bagi tercapainya job
satisfaction. Bila kita menyukai pekerjaan kita, maka kita akan melakukan
pekerjan dengan hati ruang, tekun, mantap dan bersemangat. Maka suasana yang
mengitari pekerjaan kita bukanlah suasana yang murung, pengap menghimpit,
melainkan suasana yang lapang dan ceria.
2. Kita harus berorientasi
mencapai prastasi yang Kalau dapat
setinggi mungkin, dengan patokan : “the sky is the limit. ” Kita akan
senang dalam bekerja dan mencapai kepuasan keijajika kita merasa puas dengan
hasil yang kita capai. Dan ini hanya mungkin jika hasil pekerjaan kita mempunyai
mutu yang tinggi. Sedangkan hasil keija yang bermutu tinggi hanya mungkin
dicapai jika kita bertekad mencapai prestasi yang setinggi mungkin. Prestasi
yang ingin kita capai hendaknya tidak terbatas sekedar pada tercapainya target,
tetapi harus lebih dari itu. Beyond the target !
3. Kita harus mempunyai sikap
positifdalam menghadapi kesulitan. Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi
hendaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang menjengkelkan atau dengan sikap
pesimis. Apa pun kesulitan yang kita hadapi dan betapa besarnya kesulitan itu,
seyogyanya dipandang sebagai tantangan (challenge) yang harus diatasi, dicari
pemecahannya. Bukankah manusia merupakan makhluk yang kreatifdan berkemauan
keras ? Apalagi manusia kaliber manajer. Dalam menghadapi kesulitan atau
masalah, diri seorang manajer diharapkan kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) yang tinggi. Bila kita bertekad keras menghadapi setiap kesulitan,
maka kita tak akan mudah patah semangat. Meskipun kesulitan menumpuk setinggi
gunung, kita dapat memecahkannya dengan baik.
No comments:
Post a Comment