Filsafat pendidikan dalam arti
Iuas dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu: (1) filsafat praktik pendidikan dan (2) filsafat iimu pendidikan. Filsafat praktik pendidikan adalah
analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan
diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat praktik
pendidikan dapat dibedakan menjadi: (a) filsafat
proses pendidikan (biasanya hanya disebut filsafat pendidikan) dan (b) filsafat sosial pendidikan. Filsafat
proses pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya
kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan |
Filsafat proses pendidikan
biasanya membahas tiga masalah pokok, yaitu:
(1) apakah sebenarnya pendidikan
itu,
(2) apakah tujuan pendidikan itu
sebenarnya, dan
(3) dengan Cara apakah tujuan
pendidikan itu dapat.
Filsafat sosial pendidikan merupakan analisis
kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan
dalam mewujudkan tatanan manusia idaman. Filsafat sosial pendidikan, terkait dengan tiga masalah pokok, antara Iain: (1) hakikat kesamaan pendidikan dan pendidikan
(2) Imkikat kcmcrdekaan dan pendidikan, dan (3) hakikat demokrasi dan
pendidikan
Secara konsepsional filsafat ilmu
pendidikan didefinisikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang
pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui
riset, baik kualitatif maupun kuantitatif. Objek filsafat ilmu pendidikan dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
Ontologi ilmu pendidikan, membahas
tentang hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan.
Epistemologi ilmu pendidikan, membahas
tentang hakikat objek formal dan material ilmu pendidikan.
Metodologi ilmu pendidikan, membahas
tentang hakikat caraa-Cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan, dan
Aksiologi ilmu pendidikan, membahas
tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan.
Secara sederhana filsafat dapat
dimaknai sebagai suatu sistem nilai nilai (systems of values) yang luhur yang
dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau
kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa
dan negara tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana,
sistematis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan,
sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu
generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin dicapai semuanya
berlandaskan suatu filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa
dalam suatu negara bangsa (nation
state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat
hidup yang kita sepakati dan anut bersama. Dalam sejarah panjang kita sejak
pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada
terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation
state) yang merdeka, pada setiap kurun Zaman, pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk
pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of vaues) yang
memberi warna dan menjadi "semangat Zaman” (zeitgeist) yang dianut
oleh setiap individu, keluarga, anggota-anggota komunitas atau masyarakat
tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat
ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan
Indonesia.
Esensi dari pendidikan itu
sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan,
teknologi, ide-ide dan nilai nilai spiritual serta (estetika) dari generasi
yang lebih tua kepada generasi yang Iebih muda dalam setiap masyarakat atau
bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama
tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal
dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam
masyarakat agraris maupun industri.
Selama ini Sejarah Pendidikan
masih menggunakan penclekatan Iama atau "tradisional" yang umumnya
cliakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir
pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga-lcmbaga,
atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan.
Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu
melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan Zaman dan kemajuan dalam
pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul atau ditimbulkannya, penanganan
serta pendekatan baru dalam Sejarah Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang
mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian.
Para sejarawan, khususnya
sejarawan pendidikan melihat hubunga an timbal balik antara pendidikan dan
masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai
representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum bagi
pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertical
maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang
dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh masyarakat
pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis
pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan
dan mutu pendidikan; pendidikan Ianjutan yang hanya dapat dinikmati oleh
anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-anak yang orang
tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasanyayasan dan
sebagainya. Sernuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan
Sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menangani semua masalah
kependidikan ini.
Sehubungan dengan di atas
pendekatan Sejarah Pendidikan baru tak cukup hanya dengan cara-cara diakronis
saja. Perlu juga adanya pendekatan
metodologis yang baru yaitu a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin
dilakukan kombinasi pendekatan diakronis Sejarah dengan sinkronis ilmu-ilmu
sosial. Saat ini ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti antropologi, sosiologi,
dan politik telah memasuki "perbatasan" (Sejarah) pendidikan dengan
“ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi
pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara
optimal dan maksimal hubungan dialogis “simbiose mutualistis" antara
Sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.
Sejarah Pendidikan Indonesia
dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial
telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis sejak dari
sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan
Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang
dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan
sampai saat ini.
oleh : Dadang suhardan dan Nugraha Suharto
dari buku Manajemen Pendidikan
No comments:
Post a Comment