Sering orang bertanya, mengapa
sejarah itu berbicara mengenai masa lalu? dan mengapa tidak membahas tentang
masa depan? Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa sejarah
adalah ilmu tentang masa lalu. Karena hanya masa lalu yang mempunyai jejak
(sumber) yang bisa dijadikan bahan dalam merekonstruksi masa lalu. Sebaliknya,
tidak ada sumber (jejak) terkait dengan masa depan, kecuali hanyalah sebuah
prediksi tentang apa yang aka terjadi. Sejarawan dalam konteks terakhir ini,
tidak memiliki power Paling banter prediksinya mengacu pada sejumlah kejadian
masa lalu yang seirama dengan apa yang hendak diinterpretasikannya
Mengacu pada cara berpikir
tersebut, maka pekerjaan menghimpun sumber-sumber sejarah adalah suatu
keharusan da|am studi sejarah. Sumber sejarah dalam hal ini segala jejak yang
ditinggalkan dan tentunya memiliki nilai informasi berharga terkait dengan
objek yang akan direkonstruksi. Karena sejarawan berhadapan dengan ragam jejak
masa lalu, maka sulit baginya untuk mengkaji sumber-sumber itu bila hanya
mengandalkan pada ilmu sejarahnya. Keterbatasan sejarawan menjangkau semua
sumber-sumber itu membuatnya harus mencari alternatif lain yang dapat
memudahkan pekerjaan rekonstruksinya. Pada tahap inilah sejarah butuh ilmu lain
sebagai ilmu bantu. Secara khusus bagian ini menjelaskan beberapa ilmu bantu
sejarah, yaitu: arkeologi, oorkondoler, filologi, paleografi, kronologi,
numismatik, genealogi, etnografi, demografi, ilmu hukum, dan geografi. Lebih lanjut
ulasanya dapat disimak berikut ini.
A. Arkeologi
Arkeologi atau juga disebut ilmu
purbakala berkaitan dengan bekas atau warisan masa lalu berupa artefak (benda
visual). Warisan itu dapat berupa bangunan dan monumen yang masih terdapat di
atas permukaan tanah, bekas yang tersimpan dalam tanah yang dikeluarkan dengan
penggaiian. Selain itu, penggalian tinggalan arkeologis yang tersimpan di bawah
Iaut berupa bangkai kapal, aneka barang (keramik dan perhisana emas), dan
sebagainya.
Arkeologi terutama memberikan
bahan penting tentang zaman yang tidak mewariskan bahan tertulis, dalam hal ini
pada periode pra sejarah. Pada zaman ini belum ada tulisan atau beritabertita
tertulis. Di Sulawesi Selatan misalnya, zaman pra sejarah antara lain dapat
ditelusuri melalui tinggalan arkeologi berupa gua-gua alam seperti Leang-leang
dan Sumpang Bita. Tidak ada catatan tertulis di sana yang memberi keterangan
bahwa tempat itu pernah dihuni oleh makhluk manusia. Akan tetapi melalui penggaiian
yang diiakukan para arkeolog diketahui adanya jejak-jejak yang ditinggalkan
oleh manusia yang pernah menghuni tempat itu. Misalnya, tumpukan kerang yang
sudah bercampur tanah dan Iukisan pada dinding-dinding gua. Dari hasil penggalian
dan penelitian laboratorium diketahui bahwa pada kurun waktu tertentu gua itu
pernah dihuni oleh makhluk manusia.
Kontribusi arkeologi terhadap
studi sejarah kebudayaan sangat berarti. Apa yang kita diketahui tentang
kebudayaan material, hampir semuanya berasal dari hasil penggaiian arkeologi. Misalnya,
pembentukan kota dan perumahan, struktur rumah, perabot rumah tangga, pakaian
perhiasan, alat kerja, senjata, kuburan, dan sebangainya. Demikian juga dengan
pengetahuan agama banyak diperoieh dari tinggalan berbagai tinggal arkeologi. Misalnya,
arsitektur candi, struktur bangunan masjid, keraton, makam, dan sebagainya.
Korelasi antara sumber tertulis
dan tidak tertulis sangat membantu da|am penggaiian arkeologi. Misalnya, pada
abad ke-17 hingga abad ke-18 perdagangan maritim berkembang pesat seiring
dengan upaya perolehan rempah-rempah langsung di Kepulauan Maluku. Untuk
memperolehnya, tidak jarang terjadi persaingan antara para pelaku usaha.
Tindakan saling menyerang di Iaut antara kapal-kapal yang mengangkut
rempah-rempah mewarnai aktivitas niaga Iaut. Oleh sebab itu banyak kapal-kapal yang
hancur dan tenggelam di perairan sepanjang jalur peiayaran dari dan ke
Kepulauan Maluku. Demikian keterangan tertulis yang terdapat dalam sejumlah
dokumen yang merekam kejadian di masa itu. Dengan sumber tertulis ini para
arkeolog dapat melakukan penggaiian di bawah Iaut. Di perairan Iaut Makassar
misalnya, banyak ditemukan bangkai kapal-kapal dan barang-barang muatannya,
seperti keramik dan aneka perhiasan yang dikenakkan oleh para penumpang dan personel
kapal yang tenggelam itu.
B. Oorkondoleer
Oorkondeleer atau ilmu piagam. Dengan ilmu
bantu ini memungkinkan sejarawan untuk membaca, mengartikan, dan menguji
kredibilitas piagam yang merupakan warisan masa lalu. Piagam ialah kesaksian
hukum tertulis da|am bentuk yang sesuai dengan tujuannya yang tersebut di
dalamnya. Ia lebih bersifat yuridis, sehingga penting dalam studi sejarah
hukum.
Piagam diwariskan dalam bentuk
asli atau salinan dan dapat juga tertuiis dalam register. la dapat diteliti
dari bentuk Iuar maupu dalamnya yang akrab disebut kritik eksternal
(Iuar/bahan) dan kiritik internal (dalam/isi). Aspek luar yang diteliti dari
piagam ialah jenis kertas, segel, tulisan, atau tanda tangan. Aspek dalam dari
piagam yang diteliti berkaitan dengan isi dan rumusan, atau dengan kata Iain
keabsahan informasi yang terkandung dalam piagam itu.
C. Filologi
Ilmu ini berkaitan dengan bahasa
dan kesusasteraan. Plato adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah
filologi (philos artinya kawan, dan logos berarti ilmu). Karena fokusnya pada
warisan kesusasteraan, maka dibutuhkan bahan naskah dari kesusasteraan itu.
Dengan demikian, filolog (ahli filologi) banyak bekerja dengan naskah-naskah
lama. Metode yang diterapkan filolog da|am pekerjaannya ialah kritik dan
komentar serta menafsirkan isi naskah. Hasilnya sangat bermanfaat bagi sejarawan,
terutama da|am menyusun cerita sejarah.
Bila Oorkondeleer berkaitan
dengan materail (fisik) dari warisan masa lalu yang di dalamnya terdapat
tulisan yang menggunakan bahasa tertentu, maka filologi berupaya untuk mengkaji
aspek bahasanya. Misalnya, sebuah piagam hanya bisa dipahami maksud pembuatannya
bila tulisannya dapat diidentifikasi (jenisnya) dan bahasa yang digunakan di
dalamnya dimengerti.
Banyakkisahlama diSulawesi SeIatan
yang ditulis menggunakan huruf lontarak. Sebagian naskah kuno lontarak ditulis
menggunakan bahasa Bugis-Makassar. Pembaca bisa mengetahui pesan yang terkandung
da|am naskah itu bila mampu mengidentifikasi jenis tulisan yang digunakan dan
mengetahui bahasanya. Tulisan (tanda) dan bahasa (penanda) dalam hal ini,
merupakan aspek utama yang harus dikuasai oleh mereka yang ingin memahami
sejarah dan budaya masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya pada periode klasik.
Dengan demikian, lontarak merupakan sumber sejarah yang penting bagi sejarawan
atau peneliti sejarah.
D. Paleografi
Kata paleografi berasal dari dua
suku kata, yakni "paleo” berarti kuno dan ”graf'i" yang artinya
gambaran. Jadi paleografi ialah ilmu tentang tulisan kuno. Dengan menggunakan
ilmu bantu ini sejarawan bisa membaca tulisan kuno tanpa kesalahan. Aspek yang
penting diperhatikan da|am kaitan ini, ialah usia dan tempat asal tulisan kuno
itu.
Tujuan yang hendak dicapai
paleograf (ahli paleografi) dari pekerjaannya ialah untuk memecahkan rahasia
tulisan kuno. Tabir sejarah Mesir diketahui setelah rahasia yang terdapat daiam
tulisan kuno (yang ditulis di atas daun Papirus) berhasil ditemukan cara
bacanya oleh ilmuwan berkebangsaan Perancis, Jean Francois Campellion, pada
1822. Huruf yang digunakan ialah Hierogliph.
E. Kronologi
Kronologi ialah ilmu yang
berkaitan dengan perhitungan waktu. Perhitungan yang berhubungan dengan suatu
kejadian atau peristiwa banyak digunakan dalam ilmu sejarah. lni berbeda dengan
matematika yang menggunakan perhitungan untuk menjabarkan kaidah-kaidah
pengetahuan menjadi rumusan iimu pasti. Meskipun sejarah berbicara mengenai
waktu seperti halnya matematika, namun sulit dijabarkan menjadi sebuah kaidah
yang pasti dan berlaku umum. Misalnya, periode sejarah di Eropa berbeda dengan
kurun waktu awal dimulainya zaman sejarah di Indonesia. Reformasi di Eropa
terjadi pada abad ke-16 hingg 17, sedangkan di Indonesia gerakan reformasi baru
muncul pada dasawarsa terakhir abad ke-20 (1998). Konteks dari kedua reformasi
itu pun juga berbeda. ltulah sebabnya aspek waktu sangat penting da|am studi
sejarah, karena urutan kejadian peristiwa (kronologi) adalah ciri dari ilmu
sejarah.
F. Numismatik
Numismatik ialah ilmu yang
mengkaji tentang mata uang. Mata uangdibuat dari bahan yang dapat bertahan
lama. Karena itu, mata uang banyak memberikan bahan (sumber) bagi ilmu sejarah.
Banyak kerajaan atau dinasti di masa lalu menggunakan ragam jenis mata uang.
Dengan meneliti mata uang dapat diperoleh gambaran tentang sebuah dinasti. lni
berarti hasil rekonstruksinya berkaitan dengan sejarah politik dan
pemerintahan.
Kajian sejarah yang banyak
menggunakan numismatik ialah sejarah ekonomi. Mata uang yang didapat jauh dari
daerah asalnya memberikan petunjuk hubungan masa lalu antara daerah itu dengan
daerah di mana mata uang tersebut ditemukan.
Penyebaran mata uang dapat memberikan gambaran yang terkait dengan
jaringan perdagangan.
Numismatik juga memberikan bahan
berharga bagi sejarah seni. Mata uang adalah hasil dari kerajinan tangan yang
dibentuk dan mengandung unsur keindahan. Ilmu perhitungan waktu (kronologi)
juga membutuhkan ilmu mata uang. Sebab dalam setiap mata uang selalu dicantumkan
waktu pembuatannya, juga pihak yang mengeluarkannya.
G. Genealogi
Genealogi ialah ilmu yang
mempelajari tentang hubungan individu berdasarkan garis keturunan. Sebut saja
Allan Bernard, menjelaskan bahwa genealogi adalah penguatan secara verbal
(diagramatis) dari suatu hubungan kekerabatan, yang kadang-kadang dilengkapi dengan afiliasinya (Kuper dan
Kuper 2000:395). lmu ini telah lama menjadi bahan studi yang penting dalam
antropologi.
Dalam antropologi, genealogi
selalu dijadikan indicator hubungan sosial, yang bisa bersifat biologi atau
tidak. Di dalamnya bisa terdapat, misalnya, kerabat yang tidak punya hubungan
darah, kerabat yang diadopsi, atau bahkan kerabat yang sifatnya fiktif. Ruang
cakupannya ditentukan oleh apa-apa yang relevan menurut nilai budaya. la
umumnya berkaitan dengan kerabat dari kedua pihak dalam satu keluarga. Karena
itu, bukan hal yang mustahil untuk menggabung-gabungkan genealogi seseorang
dengan orang lainnya untuk menghasilkan suatu "peta” hubungan kekerabatan yang
menghubungkan satu keiuarga dengan keluarga lainnnya.
Pengetahuan tentang ikatan
golongan-golongan keturunan penting da|am sejarah sosial dan politik. Kedudukan
sosial tidak ditentukan oleh kesanggupan atau prasasti, tetapi oleh garis keturunan.
Kerajaan-kerajaan lokal di Nusantara di masa lalu banyak menggunakan hubungan
darah (keturunan) dalam hal pergantian kekuasaan. Sebuah kerajaan yang
mengklaim dirinya sebagai penegak dernokrasi sekalipun, kadang mengabaikan prinsip
dasar demokrasi, misalnya pemilihan langsung oleh rakyat. Banyak dijumpai
pertimbangan garis keturunan dominan dalam pergantian kekuasaan.
di ambil dari buku : PENGANTAR ILMU SEJARAH,
OLEH ABDUL RAHMAN HAMID & MUHAMMAD SALEH MAJID
No comments:
Post a Comment