Saturday, March 9, 2013

ILMU BANTU SEJARAH PART I


Sering orang bertanya, mengapa sejarah itu berbicara mengenai masa lalu? dan mengapa tidak membahas tentang masa depan? Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa sejarah adalah ilmu tentang masa lalu. Karena hanya masa lalu yang mempunyai jejak (sumber) yang bisa dijadikan bahan dalam merekonstruksi masa lalu. Sebaliknya, tidak ada sumber (jejak) terkait dengan masa depan, kecuali hanyalah sebuah prediksi tentang apa yang aka terjadi. Sejarawan dalam konteks terakhir ini, tidak memiliki power Paling banter prediksinya mengacu pada sejumlah kejadian masa lalu yang seirama dengan apa yang hendak diinterpretasikannya

Mengacu pada cara berpikir tersebut, maka pekerjaan menghimpun sumber-sumber sejarah adalah suatu keharusan da|am studi sejarah. Sumber sejarah dalam hal ini segala jejak yang ditinggalkan dan tentunya memiliki nilai informasi berharga terkait dengan objek yang akan direkonstruksi. Karena sejarawan berhadapan dengan ragam jejak masa lalu, maka sulit baginya untuk mengkaji sumber-sumber itu bila hanya mengandalkan pada ilmu sejarahnya. Keterbatasan sejarawan menjangkau semua sumber-sumber itu membuatnya harus mencari alternatif lain yang dapat memudahkan pekerjaan rekonstruksinya. Pada tahap inilah sejarah butuh ilmu lain sebagai ilmu bantu. Secara khusus bagian ini menjelaskan beberapa ilmu bantu sejarah, yaitu: arkeologi, oorkondoler, filologi, paleografi, kronologi, numismatik, genealogi, etnografi, demografi, ilmu hukum, dan geografi. Lebih lanjut ulasanya dapat disimak berikut ini.

A. Arkeologi
Arkeologi atau juga disebut ilmu purbakala berkaitan dengan bekas atau warisan masa lalu berupa artefak (benda visual). Warisan itu dapat berupa bangunan dan monumen yang masih terdapat di atas permukaan tanah, bekas yang tersimpan dalam tanah yang dikeluarkan dengan penggaiian. Selain itu, penggalian tinggalan arkeologis yang tersimpan di bawah Iaut berupa bangkai kapal, aneka barang (keramik dan perhisana emas), dan sebagainya.

Arkeologi terutama memberikan bahan penting tentang zaman yang tidak mewariskan bahan tertulis, dalam hal ini pada periode pra sejarah. Pada zaman ini belum ada tulisan atau beritabertita tertulis. Di Sulawesi Selatan misalnya, zaman pra sejarah antara lain dapat ditelusuri melalui tinggalan arkeologi berupa gua-gua alam seperti Leang-leang dan Sumpang Bita. Tidak ada catatan tertulis di sana yang memberi keterangan bahwa tempat itu pernah dihuni oleh makhluk manusia. Akan tetapi melalui penggaiian yang diiakukan para arkeolog diketahui adanya jejak-jejak yang ditinggalkan oleh manusia yang pernah menghuni tempat itu. Misalnya, tumpukan kerang yang sudah bercampur tanah dan Iukisan pada dinding-dinding gua. Dari hasil penggalian dan penelitian laboratorium diketahui bahwa pada kurun waktu tertentu gua itu pernah dihuni oleh makhluk manusia.

Kontribusi arkeologi terhadap studi sejarah kebudayaan sangat berarti. Apa yang kita diketahui tentang kebudayaan material, hampir semuanya berasal dari hasil penggaiian arkeologi. Misalnya, pembentukan kota dan perumahan, struktur rumah, perabot rumah tangga, pakaian perhiasan, alat kerja, senjata, kuburan, dan sebangainya. Demikian juga dengan pengetahuan agama banyak diperoieh dari tinggalan berbagai tinggal arkeologi. Misalnya, arsitektur candi, struktur bangunan masjid, keraton, makam, dan sebagainya.
Korelasi antara sumber tertulis dan tidak tertulis sangat membantu da|am penggaiian arkeologi. Misalnya, pada abad ke-17 hingga abad ke-18 perdagangan maritim berkembang pesat seiring dengan upaya perolehan rempah-rempah langsung di Kepulauan Maluku. Untuk memperolehnya, tidak jarang terjadi persaingan antara para pelaku usaha. Tindakan saling menyerang di Iaut antara kapal-kapal yang mengangkut rempah-rempah mewarnai aktivitas niaga Iaut. Oleh sebab itu banyak kapal-kapal yang hancur dan tenggelam di perairan sepanjang jalur peiayaran dari dan ke Kepulauan Maluku. Demikian keterangan tertulis yang terdapat dalam sejumlah dokumen yang merekam kejadian di masa itu. Dengan sumber tertulis ini para arkeolog dapat melakukan penggaiian di bawah Iaut. Di perairan Iaut Makassar misalnya, banyak ditemukan bangkai kapal-kapal dan barang-barang muatannya, seperti keramik dan aneka perhiasan yang dikenakkan oleh para penumpang dan personel kapal yang tenggelam itu.

B. Oorkondoleer
 Oorkondeleer atau ilmu piagam. Dengan ilmu bantu ini memungkinkan sejarawan untuk membaca, mengartikan, dan menguji kredibilitas piagam yang merupakan warisan masa lalu. Piagam ialah kesaksian hukum tertulis da|am bentuk yang sesuai dengan tujuannya yang tersebut di dalamnya. Ia lebih bersifat yuridis, sehingga penting dalam studi sejarah hukum.

Piagam diwariskan dalam bentuk asli atau salinan dan dapat juga tertuiis dalam register. la dapat diteliti dari bentuk Iuar maupu dalamnya yang akrab disebut kritik eksternal (Iuar/bahan) dan kiritik internal (dalam/isi). Aspek luar yang diteliti dari piagam ialah jenis kertas, segel, tulisan, atau tanda tangan. Aspek dalam dari piagam yang diteliti berkaitan dengan isi dan rumusan, atau dengan kata Iain keabsahan informasi yang terkandung dalam piagam itu.

C. Filologi
Ilmu ini berkaitan dengan bahasa dan kesusasteraan. Plato adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah filologi (philos artinya kawan, dan logos berarti ilmu). Karena fokusnya pada warisan kesusasteraan, maka dibutuhkan bahan naskah dari kesusasteraan itu. Dengan demikian, filolog (ahli filologi) banyak bekerja dengan naskah-naskah lama. Metode yang diterapkan filolog da|am pekerjaannya ialah kritik dan komentar serta menafsirkan isi naskah. Hasilnya sangat bermanfaat bagi sejarawan, terutama da|am menyusun cerita sejarah.

Bila Oorkondeleer berkaitan dengan materail (fisik) dari warisan masa lalu yang di dalamnya terdapat tulisan yang menggunakan bahasa tertentu, maka filologi berupaya untuk mengkaji aspek bahasanya. Misalnya, sebuah piagam hanya bisa dipahami maksud pembuatannya bila tulisannya dapat diidentifikasi (jenisnya) dan bahasa yang digunakan di dalamnya dimengerti.

Banyakkisahlama diSulawesi SeIatan yang ditulis menggunakan huruf lontarak. Sebagian naskah kuno lontarak ditulis menggunakan bahasa Bugis-Makassar. Pembaca bisa mengetahui pesan yang terkandung da|am naskah itu bila mampu mengidentifikasi jenis tulisan yang digunakan dan mengetahui bahasanya. Tulisan (tanda) dan bahasa (penanda) dalam hal ini, merupakan aspek utama yang harus dikuasai oleh mereka yang ingin memahami sejarah dan budaya masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya pada periode klasik. Dengan demikian, lontarak merupakan sumber sejarah yang penting bagi sejarawan atau peneliti sejarah. 

D. Paleografi
Kata paleografi berasal dari dua suku kata, yakni "paleo” berarti kuno dan ”graf'i" yang artinya gambaran. Jadi paleografi ialah ilmu tentang tulisan kuno. Dengan menggunakan ilmu bantu ini sejarawan bisa membaca tulisan kuno tanpa kesalahan. Aspek yang penting diperhatikan da|am kaitan ini, ialah usia dan tempat asal tulisan kuno itu.

Tujuan yang hendak dicapai paleograf (ahli paleografi) dari pekerjaannya ialah untuk memecahkan rahasia tulisan kuno. Tabir sejarah Mesir diketahui setelah rahasia yang terdapat daiam tulisan kuno (yang ditulis di atas daun Papirus) berhasil ditemukan cara bacanya oleh ilmuwan berkebangsaan Perancis, Jean Francois Campellion, pada 1822. Huruf yang digunakan ialah Hierogliph.

E. Kronologi
Kronologi ialah ilmu yang berkaitan dengan perhitungan waktu. Perhitungan yang berhubungan dengan suatu kejadian atau peristiwa banyak digunakan dalam ilmu sejarah. lni berbeda dengan matematika yang menggunakan perhitungan untuk menjabarkan kaidah-kaidah pengetahuan menjadi rumusan iimu pasti. Meskipun sejarah berbicara mengenai waktu seperti halnya matematika, namun sulit dijabarkan menjadi sebuah kaidah yang pasti dan berlaku umum. Misalnya, periode sejarah di Eropa berbeda dengan kurun waktu awal dimulainya zaman sejarah di Indonesia. Reformasi di Eropa terjadi pada abad ke-16 hingg 17, sedangkan di Indonesia gerakan reformasi baru muncul pada dasawarsa terakhir abad ke-20 (1998). Konteks dari kedua reformasi itu pun juga berbeda. ltulah sebabnya aspek waktu sangat penting da|am studi sejarah, karena urutan kejadian peristiwa (kronologi) adalah ciri dari ilmu sejarah. 

F. Numismatik
Numismatik ialah ilmu yang mengkaji tentang mata uang. Mata uangdibuat dari bahan yang dapat bertahan lama. Karena itu, mata uang banyak memberikan bahan (sumber) bagi ilmu sejarah. Banyak kerajaan atau dinasti di masa lalu menggunakan ragam jenis mata uang. Dengan meneliti mata uang dapat diperoleh gambaran tentang sebuah dinasti. lni berarti hasil rekonstruksinya berkaitan dengan sejarah politik dan pemerintahan.

Kajian sejarah yang banyak menggunakan numismatik ialah sejarah ekonomi. Mata uang yang didapat jauh dari daerah asalnya memberikan petunjuk hubungan masa lalu antara daerah itu dengan daerah di mana mata uang tersebut ditemukan.  Penyebaran mata uang dapat memberikan gambaran yang terkait dengan jaringan perdagangan.

Numismatik juga memberikan bahan berharga bagi sejarah seni. Mata uang adalah hasil dari kerajinan tangan yang dibentuk dan mengandung unsur keindahan. Ilmu perhitungan waktu (kronologi) juga membutuhkan ilmu mata uang. Sebab dalam setiap mata uang selalu dicantumkan waktu pembuatannya, juga pihak yang mengeluarkannya.

G. Genealogi
Genealogi ialah ilmu yang mempelajari tentang hubungan individu berdasarkan garis keturunan. Sebut saja Allan Bernard, menjelaskan bahwa genealogi adalah penguatan secara verbal (diagramatis) dari suatu hubungan kekerabatan, yang kadang-kadang  dilengkapi dengan afiliasinya (Kuper dan Kuper 2000:395). lmu ini telah lama menjadi bahan studi yang penting dalam antropologi.

Dalam antropologi, genealogi selalu dijadikan indicator hubungan sosial, yang bisa bersifat biologi atau tidak. Di dalamnya bisa terdapat, misalnya, kerabat yang tidak punya hubungan darah, kerabat yang diadopsi, atau bahkan kerabat yang sifatnya fiktif. Ruang cakupannya ditentukan oleh apa-apa yang relevan menurut nilai budaya. la umumnya berkaitan dengan kerabat dari kedua pihak dalam satu keluarga. Karena itu, bukan hal yang mustahil untuk menggabung-gabungkan genealogi seseorang dengan orang lainnya untuk menghasilkan suatu "peta” hubungan kekerabatan yang menghubungkan satu keiuarga dengan keluarga lainnnya.

Pengetahuan tentang ikatan golongan-golongan keturunan penting da|am sejarah sosial dan politik. Kedudukan sosial tidak ditentukan oleh kesanggupan atau prasasti, tetapi oleh garis keturunan. Kerajaan-kerajaan lokal di Nusantara di masa lalu banyak menggunakan hubungan darah (keturunan) dalam hal pergantian kekuasaan. Sebuah kerajaan yang mengklaim dirinya sebagai penegak dernokrasi sekalipun, kadang mengabaikan prinsip dasar demokrasi, misalnya pemilihan langsung oleh rakyat. Banyak dijumpai pertimbangan garis keturunan dominan dalam pergantian kekuasaan.

di ambil dari buku : PENGANTAR ILMU SEJARAH, 
OLEH ABDUL RAHMAN HAMID & MUHAMMAD SALEH MAJID 
PENGANTAR ILMU SEJARAH,   OLEH ABDUL RAHMAN HAMID & MUHAMMAD SALEH MAJID

-->

No comments:

Post a Comment