Monday, March 4, 2013

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)



 Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalislik, eksperimen, survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat  dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan lerhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi gnu dalam instruksinnal; (2) aclanya kolaborasi dalam pelaksanaarmya; (3) penelitian sekaligrs sebagai pralmsi yang melakukan refieksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) ddaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. 

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik penelitjan :indakan Kelas (PTK), yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (S) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek(Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut. 

a.       Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi rnengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refieksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan perubahan.

b.      Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap; (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

c.       Kolabaratif di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setjap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dark berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki, kewenangan clan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.  

d.      Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelilian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (1) melesetnya hipotesis dan (2) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertenbangan dari para kolaborator dan selanjutnya menyebabkan paradangannya berubah.  

e.      Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, refiektif, partisipasitif atau kolaboratif. Susunan jamak ini  berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.  

f.        Internalisasi Teori dan Praktik; di dalam Penelitian Tindakan Kelas (P T K ) keberadaan antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi unluk mendukung tranformasi. Pendapat ini berheda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik mempakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.  

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kuantitanf maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk Penelitian Tmdakan Kelas (PTK) tidak perlu lagi diragukan, terutarna sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan taraf keilmiahannya  

1.       Permasalahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan guru dari masalah yang nyana dihadapi guru dan/ atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi masalah lebih ditekankan pada permasalahan actual pembelajaran di kelas.
2.       Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
3.          Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), kedudukan dosen setara dengan guru, dalam arti masingmasing mempunyai peran dan tanggun awab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi umuk mencapai tujuan. (Dirjen Dikti, 2005)


diambil dari buku
 PENELITIAN TINDAKAN KELAS oleh Dr. Iskanadar, M.Pd
PENELITIAN TINDAKAN KELAS oleh Dr. Iskanadar, M.Pd
PENELITIAN TINDAKAN KELAS 

No comments:

Post a Comment