Oleh: Zein Ahmad
Beberapa waktu yang lalu disebuah
Surat kabar ibu kota memuat berita bahwa, kebanyakan pemuda yang telah menempuh
latihan di Balai Latihan Kerja atau yang mendapat ijazah keterampilan ternyata
belum mendapat pekeljaan. Salah satu sebabnya ialah karena kurangnya motivasi
(daya juang) dan pemuda tersebut. Selain itu, menurut pengamatan disebabkan
taktik mereka dalam mancari pekerjaan terlalu sederhana. Umumnya mereka mencari
pekerjaan melalui iklan di surat khabar, kernudian mengirim lamaran lewat Pos.
Sesudah itu sang pemuda berbaring di kamamya mendengar music dan melamun atau
membayangkan kalau lamarannya diterima. Hari berganti hari menanti balasan
lamaran, kalau tak ada balasan mereka itu membaca iklan dan lagi dan mengulang
pengalamannya yang sama. Bila tetap tidak ada jawaban, mereka menganggap memang
sudah menjadi nasibnya sebagai pengangguran.
Taktik Mencari Kerja |
Dalam dunia yang semakin keras
persaingannya, Cara-cara demikian boleh saja dilakukan oleh mereka yang
mempunyai keterampilan khusus dengan pengalaman yang meyakinkan. Jadi mereka dalam
posisi yang baik untuk “jual mahal”. Tetap bagi mereka yang posisinya “lemah”,
karena tidak mempunyai keterampilan yang khusus, Cara mencari pekerjaan
haruslah lebih kreatif dan perlu ada “seni”-nya.
Ada saja yang membela diri dengan
mengatakan “Ah, semua sekarang mesti pakai uang pelicin”. Mungkin hal tersebut
benar, namun tidak seluruhnya demikian. Masih banyak orang yang mendapatkan
kerja karena kesungguhan dan kreatifitas mereka. Bahwa hal itu memerlukan pengorbanan
moril dan material, tentu menjadi risiko setiap pekerjaan. Kalau secara
material kita kurang, maka lumrahlah bila kita harus berkorban secara moril
lebih besar.
Kalau kita berasal dari keluarga
tidak mampu, kemudian kita hanya rnampu membayar separuh uang sekolah, dan bila
suatu hari guru kita berkata: “Kamu harus tahu diri dan belajar yang giat,
sebab kamu sudah dapat keistimewaan. ” Kata-kata tersebut haruslah dipandang
sebagai bagian dari pengorbanan moril untuk mencapai suatu cita-cita. “Harga”
demikian itu harus diterima sebagai kewajaran, bukan penghinaan. Masalahnya,
tentu tidak semua teman kita “kuat” menghadapi hal demikian. Tetapi bagaimanapun,
bagi yang ingin maju tidak perlu ambil pusing. Demikian pula halnya dalam
mencari kerja. Kalau suatu hari petugas Satpam dari sebuah Instansi mengusir kita
dari halaman sebuah kantor, hendaklah diterima sebagai pengalaman manis.
Di sebuah surat kabar pernah pula
dikisahkan seorang bekas Ratu Kecantikan Indonesia pada tahun tujuh puluhan,
karena telah bercerai dengan suaminya, ia terpaksa ke luar masuk kantor untuk
melamar pekerjaan guna menghidupi diri dan anaknya. ia berjalan dari satu
emperan ke ernperan lain, di bawah panas matahari sampai berrninggu-minggu.
Kalau seorang Ratu Kecantikan rnempunyai pengalaman demikian, maka apalah artinya
kita yang “biasa-biasa" ini dalam dunia yang makin keras ? Karena itu
adalah lumrah, kalau kita yang biasa-biasa ini meningkatkan motivasi dan
menyusun taktik yang jitu dalam mencari
kelja dan mencapai apa pun dalam hidup ini.
oleh : Zein Achmad Dkk
No comments:
Post a Comment