Saturday, March 2, 2013

Mobilitas Penduduk Nonpermanen (Sirkuler)

Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk nonpermanen adalahgerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Sebagai contoh, di Indonesia (menurut batasan sensus penduduk) mobilitas penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas batas propinsi menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu kurang dari enarn bulan. Hal ini sesuai dengan paradigma geografi yang didasarkan atas konsep ruang (space) dan waktu (time).

Data mobilitas penduduk sirkuler sukar didapat. Hal ini disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan kedatangan mereka di daerah tujuan. Meskipun demikian, dengan segala keterbatasan data, mobilitas penduduk Indonesia, baik permanen maupun nonpermanen (sirkuler), diduga frekuensinya akan tentu meningkat dan semakin lama semakin cepat. Menurut Ananta (1995), suatu revolusi mobilitas tampaknya juga telah terjadi di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang memadai dan modern.

Di Indonesia prasarana transport baik darat, laut, maupun udara telah dibangun dengan baik. Di darat, jalan-jalan yang menghubungkan wilayah satu dengan yang lain telah dan sedang dibangun (bagi yang belum ada) dan hagi yang sudah ada ditingkatkan kualitasnya. Pembangunan jalan lintas Sumatera, lintas Sulawesi, hntas Kalimantan telah lama dimulai sehingga nantinya orang dari Larantuka (Flores Timur) yang ingin ke Aceh dapat menggunakan kendaraan bus tanpa berganti kendaraan di perjalanan. Jumlah kendaraan umum yang menghubungkan wilayah yang satu dengan yang lain makin meningkat. Mereka tidak hanya menghubungkan antarkota tetapi juga kota dengan desa dan antardesa. Hal ini menyebabkan hampir tidak ada tempat di Indonesia (terutama di Jawa dan Bali) yang terisolasi. Hubungan desa dengan kota semakin erat sehingga dikotomi desa-kota dalam bidang ekonomi dan sosial semakin menipis.

Hubungan antarwilayah melewati laut juga mengalami penjngkatan pesat. Jumlah kapal-kapal besar yang menghubungkan pulau-pulau di Nusantara ini makin befcarnbah. Penyeberangan antarpulau, misalnya Merak-Bakauhuni, Ketapang-Gilimanuig Padangbai-Lembar (Lombok) dilayani oleh kapal feri. Beberapa jembatan penyeberangan terbuka 24 jam. Prasarana transport udara juga tidak kalah maju dengan yang lain. Garuda dan Merpati Nusantara didampingi oleh heberapa perusahaan penerbangan swasta dengan pesawat jet terbaru siap menjadi jembatan, mulai tahun 2003 di Indonesia dilaksanakan peneniban administrasi kependudukan baik untuk penduduk menetap, migran permanen, maupun untuk migran nonpermanen. Kebijakan yang demikian ini di samping memperkecil rintangan antara juga telah mendorong pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di kota, terutama di kota-kota sedang dan kecil, dan membuat pola arus penumpang dan barang berubah menjadi lebih menyebar. Kota-kota sedang dan kecil tersebut lama kelamaah menjadi semakiri menarik sehingga mendorong teljadinya migrasi Asirkuler dan memungkinkan meningkatnya urbanisasi,

Khusus kebijakan di bidang transportasi darat di Jawa, terutama yang menghubungkan desa dengan kota, sejak tahun 1970 diadakan perbaikan dan penambahan Jalan-jalan diperlebar dan diperkeras dengan aspal. Peningkatan prasarana jalan diikuti pula oleh pengadaan endaraan umum yang mengikuti rute-rute terpencil. Kendaraan umum dari Jepang buatan pabrik Mitsubishi (di Indonesia dikenal dengan nama colt) memadati rute-rute yang menghubungkan desa dengan kota dan desa dengan desa sehingga frekuensi rnobilitas orang, barang dan remitan antara daerah satu dengan daerah lain meningkat. Pada tahun 1970-an revolusi transportasi ini dikenal dengan sebutan “Revolusi Colt”.

Di bidang komunikasi, di samping peningkatan penyiaran melaluj radio dan TV, juga dibangun jaring-jaring telepon untuk komunikasi domestik dan internasionai diluncurkannya sateiit komunikasi mengakibatkan daerah-daerah terpencil pun bisa dijangkau oleh hubungan telepon dan oleh sarana yang lain. Begitu pula halnya dengan hubungan interniasional (Mantra, 1995). Kemajuan di bidang internet menyebabkan setiap saat kita dapat mengetahui informasi di segala bidang dan luar negeri.

Kini di Indonesia terutama di kota-kota pemakaian Mobile Phone atau sering disebut Hand Phone (HP) sudah sangat meluas, sehingga hubungan antara individu dengan individu tidak perlu lewat telpon umum atau rumah tetapi dapat mengadakan kontak langsung. Lebih hemat biaya pengiriman “pesan singkat” (sms) relatif murah, maka banyak orang yang memilikinya. Dengan meluasnya pemakaian HP maka dunia benar-benar semakin sempit. Dengan membaikya prasarana transportasi ini maka frekuensi mobilitas nonpennanen meningkat dan frekuensi mobilitas permanen meningkat Dulu pegawai, mahasiswa yang aktivitasnya. di Jakarta, mondok Jakarta, kini kebanyakan dari mereka melakukan mobilitas sirkuler Jakarta dan tempat tinggalnya di luar kota. Banyak karyawan kantoran yang bekerj a di Jakarta membuat/membeli rumah di wilayah pinggiran kota Jakarta (Bogor, T angerang, Bekasi) dan dari sana mereka pergi ke Jakarta untuk bekerja.

Sama seperti keadaan migrasi regional, dengan adanya peningkatan sarana transporsi dan komunikasi, maka jangkauan mobilitas non permanen semakin jauh dan waktu tempuh semakin singkat. Di samping itu konsumen, produsen dan pekexja menjadi semakin mobile. Tenaga keija akan mencari pekeijaan di). wilayah manapun selama di wilayah tersebut dia mendapatkan upah (penghasilan) yang lebih tinggi (Ananta, 1995)


No comments:

Post a Comment